Aulia
Dina Oktavia (20107020006)
Prodi
Sosiologi
Fakultas
Ilmu Sosial dan Humaniora
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga
Charles
Tilly: Perspektif Teori Pergerakan Sosial
Charles Tilly (27 Mei
1929 - 29 April 2008) merupakan seorang sosiolog modern yang telah memberikan
kontribusinya terhadap sosiologi. Ia terkenal karena teorinya mengenai
pergerakan sosial. Teori tersebut telah banyak digunakan oleh para ilmuan. Dalam
pemikirannya, tentu Tilly dipengaruhi oleh beberapa tokoh diantaranya Karl
Marx, Max Weber, Herbert Spencer dan lain-lain. Karya-karya dari Charles Tilly
yaitu Contentious Politics , Durable Inequality dan lain-lain.
Saya mengenal teori
pergerakan sosial dari karya Tilly, serta beberapa jurnal yang saya baca. Tilly
mengartikan bahwa gerakan sosial sebagai serangkaian pertunjukan yang
kontroversial, tampilan dan kampanye yang biasa orang membuat klaim kolektif
pada orang lain [Tilly, 2004]. Tilly berasumsi bahwa gerakan sosial merupakan
kendaraan utama bagi orang-orang yang biasa berpartisipasi dalam politik publik
[Tilly, 2004:3].
Dalam pemahaman saya, gerakan
sosial merupakan sebuah gerakan kolektif masyarakat yang digunakan untuk
melawan kebijakan tertentu yang tidak sejalan, yang mana kebijakan tersebut
hanya dapat dilawan dengan menggunakan gerakan massal. Sebab, kuatnya dari
kekuasaan pemerintah. Tilly menjelaskan bahwa tindakan kolektif
memiliki tiga bentuk yang berbeda yaitu kompetitif, rekatif dan pro aktif. Tindakan
kolektif yang melawan kebijakan atau pusat kekuasaan seperti krusuhan, gerakan
sosial, demonstrasi dan pembangkangan terhadap negara. Gerakan sosial ini
sebagai sebuah aliansi sosial sekelompok orang yang berserikat untuk merubah
atau menghambat suatu perubahan sosial yang ada dalam masyarakat. Di mana dalam
gerakan sosial tersebut tentunya memiliki beberapa karakteristik. Pertama,
gerakan sosial tersebut tentunya sudah dirancang di awal tujuan mereka. Biasanya
tujuan tersebut bersifat jangka panjang. Karena, apabila ingin merubah
masyarakat tentunya prosesnya sangat panjang. Kedua, mereka melakukan gerakan
sosial tentunya memiliki kepentingan bersama. Ketiga, penggunaan cara di luar
institusi yang ada karena tidak percaya pada institusi yang ada. Contohnya demonstrasi.
Beberapa waktu yang lalu
sempat viral dengan fenomena ”Gejayan Memanggil”. Gejayan memanggil merupakan
sebuah aksi unjuk rasa dari beberapa mahasiswa yang berada di Yogyakarta. Aksi tersebut
bertujuan untuk mengkritik atau melawan kebijakan dari pemerintah yang tidak
sejalan atau dalam artian merugikan kaum buruh, seperti omnibus law. Mahasiswa dan
kaum buruh melakukan unjuk rasa, karena mereka merasa bahwa kebijakan yang ada
dalam omnibus law tentunya memberatkan dan merugikan kaum buruh. Tuntutan dari
mahasiswa dan kaum buruh tentunya dilakukan dengan berbagai macam perlawanan. Pada
saat itu sempat bersitegang dengan aparat keamanan dan beberapa mahasiswa
sempat disemprot gas air mata. Aksi tersebut dilakukan untuk menyampaikan
tuntutan dari kebijakan omnibus law dan pembelaan terhadap kaum buruh.
Referensi
:
Syawaludin, Mohammad. (2017). “Sosiologi Perlawanan: Studi Perlawanan Repertoar Petani di Rengas Ogan
Illir Sumatera Selatan.” Yogyakarta: Deepublish
Tarrow, S. (2008). Charles Tilly. PS: Political Science and Politics, 41(3), 639–641. http://www.jstor.org/stable/20452264
Tilly, C. (1993). Social Movements as Historically Specific Clusters of
Political Performances. Berkeley Journal of Sociology, 38, 1–30. http://www.jstor.org/stable/41035464
Komentar
Posting Komentar